Aku lupa dengan senyuman yang seharusnya selalu diikhlaskan
Aku tak mau menyapa, inginnya selalu dipuja.
Aku masih terdiam ketika waktu menyeret zaman.
Aku belum berubah ketika gerbang ilmu menutup celah untuk orang yang hanya berkeluh kesah.
Globalisasi tak bisa kompromi, menabur benih yang harus aku pilih.
Bagaimana bisa aku disebut pelita ketika anak anak dibiarkan kehilangan makna, mana mungkin dikatakan pahlawan jika semua halangan dan rintangan tak bisa dilawan.