BANDUNG – Dunia pendidikan Kota Bandung membuat terobosan pelayanan publik. Hal itu ditandai dengan dikeluarkannya inovasi program Edu Box, pada Selasa 1 November 2016. Peluncuran dilakukan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana, di halaman kantor dinas. Edu Box merupakan program layanan pendidikan berbasis teknologi informasi (TI). Sebagai spirit yang tengah menjadi konsern Dinas Pendidikan (disdik), untuk terus memberi pelayanan dan tata kelola pendidikan menggunakan TI. Upaya ini dilakukan bagi kemudahan akses masyarakat dan transparansi pengelolaan birokrasi. ’’Edu Box dapat diakses oleh pegawai, guru, peserta didik dan orang tua melalui aplikasi mobile di smartphone. Untuk orangtua berupa laporan absensi, nilai dan posisi anak,’’ ujar Kadisdik Elih Sudiapermana, kemarin (31/10). Menurut Elih, dalam penerapannya, Edu Box terbagi menjadi dua. Pertama sekolah dengan perangkat Edu Box. Pada kondisi ini perangkat tidak harus langsung terkoneksi ke internet. Melainkan, cukup melalui koneksi jaringan sekolah atau local area network (LAN). Kedua, sekolah tanpa perangkat Edu Box bisa langsung mengakses aplikasi Bandung Smart School menggunakan akses internet. Namun, keduanya akan tetap terhubung ke server aplikasi Bandung Smart School. ’’Kenapa dibagi menjadi dua, intinya untuk memudahkan saja,’’ kata dia di kantornya. Pria berkacamata ini menjelaskan, di dalam Bandung Smart School terdiri atas enam layanan. Yakni, kelas digital, media bahan ajar, tautan bahan ajar, kolaborasi sekolah dan orang tua, administrasi sekolah, serta ujian dan tugas dalam jaringan. Masing-masing layanan ini memiliki inforamasi spesifik. Misal, kata Elih, pertama dalam kelas digital, akan terjadi aktivitas kegiatan belajar mengajar yang biasanya terjadi di kelas konvensional. Tapi, tanpa tatap muka. Buku-buku dibuat digital. Sedang dikembangkan juga di layanan ini Assessment Centre. Sebuah layanan pendidikan sepanjang hayat untuk meningkatkan lama waktu kesempatan pendidikan. Artinya, bagi siapapun, usia berapapun, kapanpun, tanpa ada biaya, namun bisa tetap menikmati layanan pendidikan. Tinggal daftar. Lalu peserta didik akan dikelompokkan pada pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang tersedia. Setelah itu, peserta didik tinggal mengikuti ujian. Kedua, layanan media bahan ajar. Di situ merupakan tempat penyimpanan dokumen materi pembelajaran terstruktur. Berdasarkan standar kompetensi/kompetensi dasar (SK/KD). Maupun berdasarkan kompetensi inti/kompetensi dasar (KI/KD). Ketiga, tautan bahan ajar. Berisi link ke semua link sumber di dunia. Dari tempat-tempat media belajar yang diisi oleh orang lain. Baik dalam maupun luar negeri. Keempat, kolaborasi sekolah dan orangtua. Di layanan ini akan bisa diketahui nilai dan absensi. Bisa terjadi komunikasi antara guru, orangtua, kepala sekolah dan wali kelas terkait kondisi peserta didik. Bagi pelajar SMP orangtua bisa komunikasi dengan guru bimbingan konseling. Ada juga layanan komunikasi dengan pembimbing anak berkebutuhan khusus. Kelima, layanan administrasi sekolah berisi segala hal yang berkait dengan administrasi sekolah bisa diakses tanpa perlu bertemu. Keenam, ujian dan tugas dalam jaringan dilaksanakan berbasis TI. Elih berharap, dengan kehadiran Edu Box, dapat dimanfaatkan masyarakat dengan baik. Dengan begitu, tujuan kemudahan pelayanan pendidikan akan tercapai. Semua inovasi ini dilakukan sebagai bagian dari reformasi birokrasi dan manajerial yang sedang terjadi di disdik. ’’Masih akan ada lagi layanan-layanan pembelajar berbasis TI yang kami akan hadirkan bagi masyarakat Kota Bandung,’’ ungkap pria kelahiran 14 November 1961. (Humas Disdik Kota Bandung)

Editor: Admin